Saturday, 3 December 2011

ceritaku hari ini


Malang, 25 November 2011

Pada dasarnya semua manusia adalah khalifah, dan pasti akan dipertanggung jawabkan atas kepemimpinanya. Yang pertama kali dipimpin oleh seorang manusia adalah dirinya sendiri. Jika dalam memimpin dirinya sendiri ia tidak cakap, maka ia harus introspeksi apa yang terbaik bagi dirinya. Dirinya seharusnya mendapatkan yang sesuai dengan haknya, jika tidak maka itu adalah suatu kedzoliman. Setelah mampu memimpin dirinya sendiri, maka manusia belajar untuk memimpin orang lain. Bisa dalam lingkup keluarga,perusahaan, masyarakat maupun suatu negara/pemerintahan.
Seorang  pemimpin adalah pengayom bagi yang dipimpin. Bagi seorang pemimpin atau orang yang dipercaya untuk memimpin haruslah memiliki kecakapan untuk mengendalikan yang dipimpin. Memang tidak mudah mendapatkan amanah untuk memimpin, apalagi memimpin orang lain yang nota benenya lebih dewasa dan lebih berpengalaman dari diri kita. Disatu sisi memimpin orang yang demikian adalah mudah, karena ketika ada sedikit saja kesalahan, maka ada yang segera mengingatkan. Namun terkadang sulit juga, disaat kita ingin memberikan instruksi jika itu kurang sopan rasanya berat juga.
Banyak wejangan-wejangan bagi seorang pemimpin atau orang yang diamanahi menjadi seorang pemimpin. Antara lain, seorang pemimpin haruslah tegas dalam mengambil keputusan, harus konsisten dengan apa yang telah menjadi kesepakatan bersama, harus bisa menerima kritik dengan lapang dada, harus bisa menyuarakan aspirasi orang yang dipimpin, harus bisa adil, dan harus bisa amanah dengan kepemimpinanya.
Seorang pemimpin haruslah bersikap fleksibel terhadap semua yang dipimpin. Ibarat sebatang tanaman, pemimpin adalah rumput ilalang. Ia terhempas angin ke kanan dan ke kiri, namun ia mengikuti saja arah angin itu. Meski demikian ia tidak lepas dari akarnya, akarnya tetap kuat menyangga tubuhnya. Meskipun angin yang berhembus itu kencang ia akan tetap mampu bertahan dengan terbawanya tubuhnya seiring arah angin. Begitu juga seorang pemimpin, ia haruslah bisa mendengarkan aspirasi orang-orang disekitarnya, mengahargai pendapat yang dipimpin serta mampu mempertahankan kebenaran yang seharusnya dan ia harus tetap bisa berpegang teguh dengan peraturan yang berlaku sehingga ia tetap kuat dalam amanah yang diembannya.
Andai seorang pemimpin tidak bisa bersikap demikian, ia bersikap kaku tidak fleksibel maka ibarat sebuah tanaman yang berbatang kayu, belum begitu besar pula. Ketika ada angin yang berhembus ke kanan ia berusaha tetap mempertahankan diri, ketika ada angin yang berhembus ke kiri, ia masih tetap juga berusaha mempertahankan diri. Mungkin jika anginya tidak kencang ia sanggup bertahan, namun ketika anginya sangat kencang maka batang yang kaku tersebut akan patah. Begitu pula seorang pemimpin, ketika ia apatis terhadap orang yang dipimpinya, tidak ada komunikasi yang baik, serta bersikap angkuh seolah-olah ia adalah orang nomor satu yang harus dihargai dan dihormati, maka habis sudah kepemimpinan yang demikian. Tidak akan ada lagi kepemimpinan yang baik, rasa nyaman pun akan tiada. Bahkan akan menyebabkan kesenjangan sosial yang mencolok antar yang dipimpin dengan pemimpinya.
Jika orang yang dipimpin tidak lagi merasa nyaman dengan pemimpinya, maka ia akan cenderung meremehkan bahkan cenderung berontak dengan aturan-aturan yang ada. Komunikasi pun akan terasa dingin, tidak ada komunikasi yang sehat dan friendly.
Untuk itu, bagi para pemimpin yang sedang menghadapi masalah dengan kepemimpinanya, segeralah introspeksi diri. Apa yang seharusnya diperaiki, bagaimanakah komunikasi yang telah dilakukan selama ini. Sudahkah baik kepemimpinan yang diterapkanya. Semoga sukses dengan amanah kepemimpinan yang sahabat semua emban. Semoga diberi kemudahan,,,,

No comments:

Post a Comment

terimakasih atas komentarnya, semoga bisa memperbaiki untuk kedepanya.