Bagi para pengemban Al-Qur’an maka ia memiliki sifat dan sikap yang seharusnya berbeda dengan orang lain. Diantara sifat dan sikap yang dimiliki oleh para penemban Al-Qur’an adalah:
· Dikenal malam-malamnya ketika yang lain tidur. Disaat orang lain tidur, dia bangun untuk menghadap kepada Rabbnya.
· Dikenal siangnya ketika yang lain tidak puasa. Disaat orang lain tidak menjaga nafsu, tidak menahanuntuk berbuka ia menahan dirinya dengan berpuasa.
· Dikenal bersedih ketika yang lain bersenang-senang. Disaat orang lain bersenang-senang, hedonis, ia prihatin menjaga diri untuk senantiasa mengingat Allah.
· Dikenal tangisanya ketika yang lain tertawa-tawa
· Dikenal diamnya ketika yang lain bicara tanpa ilmu.
· Dikenal kekhusyukanya ketika yang lain sombong dan bangga atas dirinya.
Seorang pengemban Al-Qur’an tidak sepatutnya bersikap kasar, bertutur kata kotor dan kasar, sering berteriak-teriak, tidak suka marah-marah yang keterlaluan. Fudhail berkata bahwa pengemban Al-Qur’an adalah:
· Pengemban panji-panji Islam,
· Tidak lalai bersama orang-orang yang lalai
· Tidak bersenang-senang secara keterlaluan
· Tidak menggantungkan diri kepada orang lain, tidak suka meminta-minta. Bahkan orang lain yang membutuhkanya
Wahai para pengemban Al-Qur’an, pengemban agam Allah, maka amalkan ilmumu. Sesungguhnya orang yang ‘alim itu adalah orang yang mengamalkan ilmu ya, dan amalnya adalah ilmunya tersebut. Selain itu, seorang pengemban Al-Qur’an memilki jiwa, bathin yang sesuai dengan lahiriahnya.
Hasan Al-Bashri berkata, bahwa manusia diperintah untuk mengamalkan Al-Qur’an. Namun kebanyakan manusia sekarang telah lalai, dan salah menafsirkan. Kebanyakan orang memaknai bahwa mengamalkan Al-Qur’an adalah dengan membacanya. Hal itu kurang tepat bagi para pengemban Al-Qur’an.
Hasan Bin Ali berkata, “Bacalah Al-Qur’an selama Al-Qur’an itu melarangmu atau bisa menjadikanmu lebih baik. Jika tidak demikian maka engkau tidak membacanya.” Maksudnya adalah, ketika membaca Al-Qur’an bukanlah hanya dibaca saja, melainkan dipahami maknanya. Jika seseorang hanya membaca saja dan tidak memahami maknanya dan berusaha melaksanakanya maka menurut Hasan Bin Ali belumlah dikatakan membaca.
Imam At-Thobari & Al-Qurtubi mengatakan bahwa Rosululloh mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya unutk memahami Al-Qur’an 10 ayat terlebih dahulu sampai benar-benar paham kemudian baru pindah ke ayat selanjutnya.
Jadi, jika kita ingin membaca Al-Qur’an untuk menghatamkan maka boleh membacanya dengan tilawah yanga lebih cepat. Namun jangan hanya membacanya dengan tilawah saja, harus dibarengi dengan memahami makannya secara mendalam. Supaya, dalam membaca Al-Qur’an kita bisa mencapai target untuk menghatamkan serta memahami makna Al-Qur’an tersebut. Meskipun anatara memahami dan membacanya terpaut jauh, itu tidak apa.
No comments:
Post a Comment
terimakasih atas komentarnya, semoga bisa memperbaiki untuk kedepanya.