Dunia telah mendidikku menjadi
seperti ini. Perjalanan panjang yang
kulalui untuk menjadi seperti ini tidak instant karena diriku sendiri. Banyak orang
yang terlibat dan turut dalam pembentukan karakter yang ada pada diriku. Inilah
diriku apa adanya, boleh dunia mengatakan kehidupan hanya seperti ini, boleh
dunia mengatakan hidup mengalir bagai air, boleh pula dunia menganggap manusia
serakah dan tamak. Memang begitulah sifat kodrati manusia yang sesungguhnya,
tinggal dirinya mampu mengendalikan itu menjadi positif atau tidak.
Ketika dunia mengatakan kehidupan
hanya seperti ini. Ini karena tak ada yang lebih yang dirasakan di dunia ini
dan tak ada yang ia berikan bagi dunia. Itu hanyalah ungkapan orang yang putus
asa. Ketika dalam hidup mampu menjadi sosok yang bermanfaat bagi dunia,
memiliki sejarah dan perjuangan yang dikenang dunia maka takkan mungkin kehidupan
dinilai “hanya seperti ini” tetapi “kehidupan yang seperti inilah yang
seseungguhnya”.
Ketika dunia mengatakan hiduplah
mengalir bagai air. Itu hanyalah ungkapan orang yang malas dan tidak tahu
tujuan hidupnya. Jika ia punya tujuan jelas dan ia berkeinginan menyatakan
tujuan itu menjadi kenyataan maka tak mungkin hanya menjalani hidup bagai air
yang mengalir. Tahukah hukum aliran fluida, bahwa zat cair mengalir dari tempat
yang tinggi menuju tempat yang rendah. Apakah kehidupan ini hanya akan mengalir
menuju tempat yang lebih rendah, menuju tampat yang belum pasti? Jangan sampai
meniti hidup menuju yanglebih rendah, harus menanjak ke atas, menuju tempat
yang lebih tinggi, menuju tempat yang lebih dekat dengan tujuan yang
diinginkan. Ungkapan orang bijak dahulu mengatakan,” gantungkan cita-citamu
setinggi langit”. Jika kehidupan hanya mengalir bagai air, kapan ia akan sampai
pada tujuannya yaitu langit. Maka dari itu, jangan menjalani hidup mengalir
bagai air yang tidak jelas tujuan aliranya. Jalani kehidupan ini dengan terus
naik, menanjak dan terus mendekati tujuan kehidupan.
Ketika dunia menganggap manusia
adalah makhluk yang tamak, makhluk yang serakah adalah hal wajar karena itu adalah kodrati manusia
yang harus bisa dikendalikan dan dimanfaatkan menjadi hal yang bernilai
positif. Boleh tamak dan serakah dalam kebaikan, serakahlah dalam mendapat
pahala dan ridho Allah. Buatlah sikap yang kodratinya tidak baik, namun dirubah
menjadi sikap positif yang bermanfaat bagi orang lain.
Mungkin perlu merubah minded yang
negatif menjadi positif supaya lebih bermanfaat.
Bismillahirrahmaanirrahim, ba’da
tahmid wa sholawat....
Syukur kepada Allah yang masih
mengaruniakan nafas padaku dan padamu sampai saat ini. Semoga kita senantiasa
dalam lindungan dan hidayah-Nya. Amin,
Mas, aku menghormatimu karena Allah,
insyaAllah. Sebelumnya aku mohon maaf, jika ada yang kurang berkenan dihati dengan
apa yang nak kutulis. Mungkin awal pertemanan kita biasa saja. Tak sedikitpun
terbersit dalam hatiku rasa yang berbeda. Komunikasi kitapun tidak macam-macam,
mungkin sebatas membicarakan masalah sosial, pendidikan dan lain-lain. Seiring
berjalanya waktu,aku merasa pertemanan kita semakin dekat bahkan pertemanan
yang dulu telah berubah manjadi suatu rasa yang berbeda yang mulai muncul.
Setelah aku sadari, rasa ini belum saaatnya hadir. Sebelum semuanya terlanjur,
marilah kita perbaiki niat kita bersama. Jika aku punya keinginan seperti ini,
namun tidak ada dukungan darimu apalah artinya semua ini. Aku butuh bantuan dan
dukunganmu, untuk melaksanakanya.
Mas, aku tidak ingin menjerumuskanmu,
begitu pula sebaliknya. Apa yang kita rasakan ini belum saatnya, perasaan yang
timbul karena nafsu belaka itulah manusia. Aku sendiri pun merasakanya. Belum
terlambat untuk kita memperbaikinya sebelum kita jauh melangakah. Semua
ini akan ditanyakan oleh-Nya di yaumul
akhirah nanti, dan aku tidak ingin kita tergelincir dalam rayuan
syaithanirrajim yang menghinggapi hati kita, yang memperindah hubungan haram
ini. Aku menganggap hubungan ini sebagai pacaran. Bukan aku nak memutuskan,
namun aku ingin kita menunda. Menunda dalam semua segi, komunikasi yang
berlebihan, perhatian yang special, dan lain sebagainya. Marilah kita bersabar,
masih ingatkah engkau? Bersabarlah dengan keindahan, apa yang engkau inginkan
akan engaku dapatkan selama engkau mau berusaha dan berdo’a dengan
sungguh-sungguh. Niatkan semua ini kerana Allah, insyaAllah jika kita memang
ditakdirkan bersama, pasti suatu saat akan kembali.
Mas, jangan marah ya. Aku telah memikirkan ini.
Aku ingin untuk saat ini kita jalani hari-hari kita masing-masing. Aku tahu
kesungguhan niatmu, untuk saat ini. Aku sangat mengahargai niat baikmu, namun
aku belum siap jika sekarang kita terus berhubungan seperti ini. Aku
menganggapnya pacaran, dan aku tidak ingin pacaran sebelum aku menikah.
insyaAllah, jika kita ditakdirkan bersama, pasti Allah akan mempertemukan kita.
Begitu pula sebaliknya, meskipun saat ini kita terus behubungan seperti ini,
jika Allah tidak menghendaki kita bersama pastilah kita akan terpisah.
Aku menyambut niat baikmu, namun aku
tidak menginginkan hubungan kita berlebih menjadi pacaran dalam istilah kita
sebelum ada ikatan yang menghalalkan hubungan kita. Cukuplah komunikasi kita sebagai tanda bahwa
engkau mengenalku, bolehlah andai seminggu sekali untuk menanyakan kabar,
keadaan ataupun hal lain. Namun jangan setiap hari, ibarat tanaman jika setiap
hari di pupuk akan semakin cepat tumbuhnya. Begitu pula perasaan kita, jika
sering kita berkomunikasi, itu akan memepererat hubungan kita. Padahal hubungan
kita ini belum halal. Jika tidak terbersit sedikitpun rasa mungkin itu tidak
apa-apa, namun di dalam hati ini ada perasaan yang berbeda sehingga ini dapat
menyebabkan rusaknya hati kita.
Saat ini kita masih sama-sama mencari
ilmu, mencari bekal untuk masa depan kita, masa depan dunia akhirat. Dan kita
masih memiliki impian masing-masing yang ingin kita wujudkan. Untuk itu,
jadilah engkau penyemangatku untuk menjadikanku seorang muslimah yang sesuai
harapan Islam, begitu pula semoga engkau bisa menganggapku sebagi penyemangat
untuk menjadikanmu sebagai sorang muslim harapan Islam. Aku percaya padamu,
insyaAllah Allah akan menjagamu. Begitu pula, semoga Allah menjagaku. Kita
saling mendo’akan, semoga jika kita ditakdirkan bersama nanti kita akan
dipertemukan kembali dalam pertemuan yang sudah tepat pada waktunya, dalam
pertemuan yang penuh barokah. Ketika engkau telah siap lahir dan bathin, begitu
juga denganku.
Untuk saat ini, kita jalani hidup
kita masing-masing. Mari kita bertaqwa
kepada Allah menjauhi larangan-larsngan-Nya, termasuk dalam soal hubungan kita
ini. Insya Allah Dia punya rencana yang indah untuk masa depan kita. Kalau
engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenci-Nya pasti engkau
akan dipertemukan dengan seorang wanita yang shalihah, siapapun itu. Entah aku,
atau orang lain yang jauh lebih baik
dariku. Ia yang akan membantumu menjaga agamamu, agar senantiasa hidupmu dalam
rangka untuk mencari ridha-Nya dalam ikatan pernikahan yang suci. Begitu pula
aku, semoga juga demikian. insyaAllah,,
Mungkin cukup sekian yang bisa
kusampaikan, wallahu a’lam bisshowwab. Setelah engkau membaca ini, tolong
direnungi. Maafkan atas khilafku selama ini, dan terimakasih.
Pesanku, wujudkanlah impian-impianmu,
jangan lengah dan putus semangat. Ada seseorang yang menanti kesuksesanmu.
Selain ini, kusertakan pula artikel
dan tulisan yang kukutip dari buku, yang kemarin kujanjikan untuk kukirim.Semoga
ini bermanfaat untuk kita, amin..
Selamat berjuang, tetap semangat
untuk mencari ridha Allah,,
Hari ini aku merasa adalah orang
yang sangat bahagia. Tak pernah kusangkakan aku akan bertemu kembali dengan
orang yang tak kuduga.
Ceritanya begini, hari ini
memang sudah direncanakan aku akan balik ketempat kos naik kereta pagi. Pukul
06.00 lewat beberapa menit aku beli tiket di loket stasiun, tepatnya di stasiun
Ngunut. Pemberangkatan kererta sekitar pukul 09.28 jika sesuai dengan jadwal.
Alhamdulillah dalam kereta aku bertemu dengan orang-orang yang baik, 2 orang
ibu-ibu dan seorang bapak-bapak.
Singkat cerita, setelah turun
dari kereta aku bergegas cari angkot, kebetulan ada 2 angkot AL yang sedang
parkir menunggu penumpang. Dari salah satu angkot ada yang masih kurang
penumpang sehingga masuklah aku disana. Beberapa saat kemudian angkot mulai
berjalan. Ketika melewati jalan aku cukup kaget, lho kenapa ini angkot tidak
melewati rute seperti biasanya. Biasanya lewat jalan yang lain, kok kali ini
lewat jalan itu. aku pikir ya mungkin untuk menghindari kemacetan saja.
Kemudian kutepiskan rasa aneh itu. semakin terasa aneh ketika seharusnya jika
ini angkot yang kearah kampusku, pastilah masih terus tapi kenapa ini angkot
malah balik arah. Akhirnya tanpa berpikir panjang segera aku minta turun.
Subhanallah, tahukah ternyata setelah turun dan kulihat angkot yang tadi
kunaiki adalah angkot yang tidak biasanya kearah kampusku. Pantas saja aku
turun disini. Memang tidak melewati kampusku ini angkot.
Dalam hati aku merasa kurang
senang juga, kenapa bisa aku naik angkot yang tidak seharusnya. Untung saja ini
masih tidak terlalu jauh dari kempusku, meski harus berjalan kaki lebih jauh
tapi paling tidak aku masih bisa berjalan menuju kos. Aku pun terheran-heran
kenapa bisa kau naik angkot yang salah, padahal tadi aku benar-benar yakin
sudah naik angkot yang sesuai. Inilah kehendak-Nya, yang membuat manusia lalai
tanpa disadarinya.
Waktu itu jalan sangat ramai,
bahkan untuk menyeberang saja sangat sulit, akhirnya aku berjalan disisi kanan
ruas jalan. Sambil menikmati sekelilingku yang aku tidak kenal mereka,
tiba-tiba ada satu sosok yang masih sangat lekat dibenakku. Dia, yang tak
pernah kusangka akan dipertemukan disini pada saat seperti ini. Dia, adalah
seorang laki-laki yang aku tidak pernah tahu siapa namanya, dia tinggla dimana,
dia darimana. Satu yang kutahu dia adalah mahasiswa jurusan kimia, angkatan
2010 sama sepertiku. Sejak dulu, masih sangat kuingat ketika bertemu atau
mungkin sedang kuliah digedung yang sama kami sering bertatap mata. Tidak
sengaja, namun ada sebersit rasa yang berbeda dan itu ku akui adanya. Namun tak
sempat kulanjutkan rasa ini aku sudah berusaha menepisnya. Memang benar saja,
pertemuan itu hanya sampai pada akhir semester 1 saja. Setelah semester 2
apalagi semester 3 sudah jarang bahkan belum pernah bertemu lagi. Tiba-tiba hari
ini dengan keadaan yang seperti ini aku dipertemukan kembali denganya. Tahukah
yang aku rasakan, seperti yang aku rasakan saat bertemu pandang dengan Akhi
Husain, yang itu terjadi sekitar 3 tahun yang lalu. Tiba-tiba hari ini terjadi
dengan orang yang berbeda. Rasa itu masih sangat lekat dijiwa, terasa manis tak
mampu rasanaya untuk diungkapkan. Memandang yang pertama adalah pandangan rasa
kaget, kemudian kutundukkan mata kearah yang lain. Kulihat ia memandangku pula.
Pandangan kedua, tak mampu kubendung rasa ingin melihtnya apakah dia masih
memandangku ataukah dia cuek saja, ternyata benar dia masih memandangku. Karena
berlawanan arah, ketika pas berpapasan denganya tak berani aku menengadahkan
muka, apalagi memandangnya. Yang ada hanya menunduk dan semakin menunduk hingga
tak kudapati wajah ini dapat dilihatnya. Setelah cukup jauh kami berpisah kucoba
membalikkan badan, namun sayang tak kutemui sosoknya lagi. Sepanjang jalan
menuju tempat kos rasanya hatiku berbunga-bunga. Inikah cara-Nya menyenangkan hatiku?
Inikah alasanya tadi aku salah naik angkot supaya dipertemukan denganya?
Subhanallah, sungguh tiada rencana yang seindah dan sematang rencananya.
Dia yang sudah kuanggap tak
pernah ada lagi, kenapa hari ini aku didingatkan kembali oleh kehadiranya? Aku
tak tahu apa alasanya. Yang pasti akulah orang yang sangat bahagia hari ini.
Ini adalah pengalaman kedua aku merasakan sesuatu yang sangat unik, aneh dan
berkesan. Aku tidak tahu ini perasaanku sendiri ataukah dia pun merasakan hal
yang sama. Yang pasti aku bahagia. Semoga siapapun orang yang dipilihkan-Nya
untukku adalah orang yang sangat baik, yang bijaksana, yang anggun dan sholih.
Salah satunya seperti keanggunanya. Wallahu a’lam bisshowab, semoga ini takkan
menjadikan angan yang tidak-tidak. Hanya sekedar cerita tentang perasaan
sahaja.Cukup sekian dulu, aku mau
tidur, sudah larut malam,, semoga esok hari juga menjadi hari-hari yang
membahagiakan. Amin,,,
Kurasakan kekecewaan
yang tiada dapat kuungkapkan. Hingga
akhirnya mengantarkan aku pada dunia yang asing bagiku. Dunia yang membawaku
pada khayal tentang-Nya, tentang ketidak mampuanku, tentang kekecewaanku,
tentang pemberontakan yang nak kulakukan.
Hingga akhirnya kulakukan
pula pemberontakan itu sebagai ungkapan kekecewaan ini. Ku coba tinggalkan Dia
dengan duniaku sendiri. Kulupakan Dia, kujauhi Dia, dan kutantang kehendak-Nya.
Beberapa waktu aku mampu bertahan, namun ketika hidup kurasa tiada arti tanpa
hadir-Nya, kurasakan semakin tak kudapati ketenangan jiwa, dan kudapati diriku
terjatuh dalam lubang yang cukup dalam dan tak mampu rasanya andai aku harus keluar
sendiri, mengahadapi sendiri. Saat itulah kuputuskan kembali untuk mengakhiri
pemakaran ini. Kucukupkan pencarian yang tiada berujung ini, dan tak kudapati
apa sebab kekecewaanku.
Ketika
hati mencoba tuk bersandar selain-Nya, ternyata tak kudapati ketenangan.
Ketika
diri tak mampu lagi menahan amarah, hanya dengan mengingat-Nya ketenangan itu
kan dapat di jelang.
Sebenarnya
apakah hidup kita, mencari apa kita dalam hidup ini, dan siapa yang mampu
menguatkan diri dan hati
Dialah
Illah Rabb yang Maha Kuasa, Yang Maha Rahman dan Rahim..
Pengalamanku hari ini membuatku
ingin tersenyum jika mengingatnya. Pagi-pagi selesai aktifitas rutinan aku
selesaikan daftar pustaka buku dosenku yang rencananya pagi ini akan aku
konsultasikan hasil pekerjaanku. Sekitar pukul 07.00 aku siap-siap mandi
kemudian dzuha’an. Aku pikir jam segitu tukang tambal ban sudah buka ya, karena
sepedaku kempes dan tidak mungkin aku berangkat jalan kaki. Lumayan jauh,
tempat tinggalku dengan rumah dosenku.
Pukul 07.30 aku
berangkat. Sengaja berangkat lebih awal karena memang tak niati untuk mompakan
sepeda dulu sambil berangkat. kurang beruntungnya aku, sudah lumayan jauh aku
berjalan, eeeeehhhhh Pak Tukang tambal ban belum ada ditempat. Carilah aku
tukang tambal ban yang lain, yang ternyata hasilnya sama-sama nihil. Aku
putuskan kembali pulang saja, gak apa aku berjalan sambil olah raga pagi.
Sampai di tempat kos aku ketemu dengan Bapak sebelah tempat kosku. Aku tanyakan
kepada beliau kira-kira dimana saya bisa mompakan sepeda jam segini. Beliau
memberi tahukan di pojok jalan raya sana ada. Ya sudah, tanpa berpikir panjang
aku menuju ke jalan raya.
Sampailah aku di jalan
raya, dengan seidkit kebingungan aku menoleh kanan dan kiri. Dimana bengkel
sepeda yang dimaksud bapak tadi. Yang ada didepanku itu bukan bengkel sepeda,
melainkan bengkel sepeda motor yang lumayan besar. Aku bilang besar karena
banyak mekaniknya, tidak Cuma 4 atau 5 orang saja. Selain itu di bengkel
tersebut sepertinya khusus motor, gak ada satupun sepeda disana.
Bebrapa saat aku diam
saja dipinggir jalan sambil nunggu jalanan sepi. Karena sudah tak ada pilihan
lain, akhirnya dengan memebranikan diri aku menuju bengkel tersebut. MasyaAllah
rasa malunya aku ketika memasuki kawasan bengkel tersebut. Mekaniknya banyak,
masih muda-muda, meski ada beberapa yang sudah terlihat bapak-bapak meski aku
gak tahu sudah menjadi bapak atau belum. Hampir semua mata tertuju padaku,
mulai dari pemilik bengkel yang seorang perempuan paruh baya keturunan Cina,
mekanik-mekanik muda, dan beberapa orang pengunjung yang sedang menunggu
kendaraanya di service. Mungkin mereka berpikir kenapa anak perempuan, bawa
sepeda datang ke bengkel motor. Mau ngapain?
Sudah takku pedulikan
pandangan mereka, dengan belaga kekanak-kanakan untuk menutupi rasa maluku aku
berjalan bak gak ada yang aneh menuju salah seorang mekanik yang sedang
duduk-duduk menunggu pasien datang. Beruntunglah ada mekanik yang kelihatanya
sudah bapak-bapak, jadi aku tidak seberapa malu.
“Pak, bisa mompakan
sepeda?” tanyaku kepda beliau?
“Ban sepeda apa ban motor
mbak?”
“Ban sepeda Pak.” Jawabku
dengan nada kekanak-kanakan.
“Waduh mbak, kalau ban
sepeda disini gak bisa. Coba di tukang tambal ban sebelahnya pom bensin saja.”
“Ya, Pak. Saya tadi sudah
kesana tapi masih belum dibuka. Kemudian ada yang memberi tahu saya dibengkel
pojokan sana. Saya bingung yang dimaksud bengkel pojokan itu bengkel yang mana?
Yang saya lihat sudah dibuka bengkel sini, jadi saya kesini.”
Seprtinya belaiu cukp
kasian dengan aku yang sudah berjalan cukp jauh dengan menuntun sepeda mencari
tempat untuk mompakan sepeda. Beliau memberi tahuku supaya mengganti ban sepedaku
dengan ban yang bisa dipompa menggunakan pompa motor. Aku jawab saja ya,ya
gitu. Padahal sepedaku baik-baik saja kenapa harus diganti banya, pikirku dalam
hati.
“Mau kemana sih mbak? Mau
kuliah?”
“Tidak Pak, mau ketempat
dosen untuk konsultasi pekerjaan, jawabku.”
“Dimana?”
“Di jalan Jakarta Pak.”
“Wah, cukup jauh juga,
sebentar kalau gitu. Tak coba’e pakai ini siapa tahu bisa.”
Beliau mencoba memompa
sepedaku menggunakan pompa motor dilapisi kain. Makanik-mekanik yang lain
mengejeki beliau, katanya ada-ada saja.
“Gak apa e, kasian aku
melihatnya. Soale aku juga punya anak perempuan, rasanya gak tega saja. Ya,
siapa tahu ini bisa.”
Setelah ban dipersiapkan
untuk dipompa,,,,,, dan ternyata Alhamdulillah..... bisa dipompa dengan pompa
motor. Keren jug bapak ini, tak salah aku datang dan memalingkan rasa maluku ke
bengkel ini.
“Cik, tu lihat. Bisa kan?
Tak sia-sia kucoba.” Teriak beliau kepada permpuan paruh baya yang aku
sangkakan sebagai mandor sekaligus pemilik bengkel tersebut.
“Alhamdulillah, akhirnya bisa
Pak. Trimkasih Pak, berapa saya harus......”
Belum selesai aku bertanya, beliau sudah menggelengkan
kepala. Tak usah, bawa saja sepedanya. “Alhamdulillah,,,”
Dengan rasa senang
bercampur malu kutinggalkan bengkel itu. sesegera aku mengayuh sepedaku menuju
rumah dosenku.
Yang bisa kuambil dari
pengalaman tadi adalah ternyata, tak selamanya bersikap kekanak-kanakan itu
tidak dihargai orang. Malah bisa jadi akan membuat orang merasa simpatik. Ya,
seperti bapak tadi, beliau merasa kasian karena teringat anak perempuanya
dirumah. Bolehlah, sekali waktu bersikap kekanak-kanakan, tak selamanya
perempuan harus terlihat anggun dan bijak. Tapi, jangan sampai itu
terus-terusan karena itu kurang sesuai dengan usia yang sudah berkepala 2.
Jangan kaku dalam bergaul, harus bisa fleksibel dan mengerti sikon yang sedang
dihadapi. Selain itu harus bisa menyesuaikan dengan siapa lawan bicara, atau
lawan berinteraksi kita.