Friday, 9 December 2011

pengalaman 26 november


Malang, 26 November 2011

Allah Maha Kaya, Maha Adil kepada makhluknya. Sudah beberapa hari ini aku merasakan perubahan pada diriku, dan perubahan ini bukanlah pertanda baik. Maksudnya, aku merasa semakin lemah imanku kepada-Nya. Aku tidak meraskan lagi keindahan bersama-Nya, aku jarang mengadukan perasaanku kepada-Nya. Aku lebih sibuk dengan dunia saja, masyaAllah sebenarnya aku menyadari hal itu namun entah kenapa rasanya sulit sekali untuk merubahnya. Hari ini, aku meminta kepada-Nya supaya ditunjukkan kenapa aku jadi seperti ini, apa penyababnya. Betapa malunya harus kukatakan apa penyebabnya, yaitu aku terlena dengan diriku sendiri. Aku terlalu menuruti nafsu, dan lupa dengan kuasa-Nya. Aku  sudah jarang mencurahkan isi hatiku kepada-Nya.
Hari ini dengan niatan sungguh-sungguh aku berangkat bekerja kemudian menghadiri undangan untuk syuro’ membahas proker untuk menyambut hari ibu. Sudah lama aku vacum dari yayasan, entah kenapa aku tergerak untuk hadir. Undangannya jam 10.00, namun berhubung aku selesai kerja jam 10.00 jadi sebelumnya aku izin untuk datang terlambat.
 Sekitar jam 10.05 aku berangkat. Diperjalanan kusempatkan mampir tukang tembel  ban untuk mompakan sepeda. Kebetulan ada satu tukang tembel ban dipinggir jalan. Disepanjang jalan itu ada satu tukang tembel ban, dan pemiliknya sedanang tidak ada ditempat. Kemudian ada penjual sayur di warung sebelahnya, awalnya aku kira beliu pemiliknya. Ketika aku minta tolong dipompakan, beliau yang mompa. Setelah mompa, beliau baru memberitahukan bahwa beliau bukan pemiliknya. Dan pemiliknya kebetulan sedanang tidak ada ditempat, keluar sebentar. Setelah selesai mompa sepedaku pemilik warung tembel ban tersebut datang. Saat aku tanyakan berapa ongkosnya, beliau malah tersenyum sambil mengatakan tidak usah, lain kali saja kalau kesini lagi. Subhanallah, begitu ikhlasnya beliau, dengan ramahnya beliau mengatakan demikian. Padahal belum tentu tadi beliau sudah mendapatkan uang dari usaha tembel bannya. Sambil berterimakasih, aku pamit dan segera melanjutkan perjalanan. Dalam hatiku ketika meninggalkan beliau, “Subhanallah, Maha Besar Illahi Rabbi. Memang aku sedang tidak punya uang Cuma ada beberapa ribu saja di dalam dompetku. Alhamdulillah ada orang yang sebaik beliau.”  Akupun mendo’akanya, “ya Allah berikanlah rizqi yang banyak dan halal kepada bapak tadi.” Tahukah engkau sahabat, tidak seberapa jauh dari aku mendo’akanya, ada seorang pemuda sedang menuntun sepeda motor yang bannya kempes. Subhanallah, inilah balasan dari-Nya di dunia yang nyata ini. Belum lagi balasan dari-Nya di akhirat nanti atas keikhlasanya. Subhanallah, sungguh Maha Besar Illahi Rabbi, telah membukakan mataku, menyadarkan aku dari kelalaian dan kekhilafan selama ini.
Semoga setelah kejadian ini kan menyadarkan aku, kan membukakan kembali mata  hatiku untuk mendekatkan diriku kepada-Nya.

SENJA HARI INI


Subhanallah,, apa yang tidak pantas untuk kusyukuri. Disini, ditempat biyasa aku menyendiri, tempat dimana orang menyebutku mencari inspirasi, mencari wangsit, atau apalah mereka menyebutnya. Yang pasti di tempat ini aku merasakan ketenangan, aku merasakan keindahan yang diciptakan-Nya. Semua terasa indah, menyejukkan pandangan, menentramkan hati. Terlupakanku oleh polusi udara di bawah sana, terlupa oleh bisingnya suara kendaraan bermotor di sebelah, terlupa oleh tugas kuliah yang terasa memberatkan. Semua teralihkan menjadi ketenangan yang tiada terperikan.
Taukah engkau sahabat, saat kutulis ini, disini, adalah saat yang indah yang kusaksikan. Semilir angin meniup ujung jilbabku,gema tilawah yang diputar di masjid sebelah, hangatnya sinar matahari sore yang nak menuju ke peraduanya, semua menjadi suatu sensasi yang menambah keindahan ciptaan-Nya. Subhanallah, andai bisa kulukis dan kutunjukkan kepada orang lain. Betapa indahnya senja hari ini.
Teringatku oleh sahabat-sahabat kecilku dulu. Hangat sinar matahari senja membawaku pada hari-hari lalu dimana aku dan kawan-kawanku pulang dari bermain bersama. Ya, disenja hari seperti ini aku pulamg dari bermain bersama mereka. Sudah menjadi tradisi masa kecilku jika pulang dari bermain waktu senja begini. Ketika aku dan kawan-kawanku masih belum terpikirkan oleh tanggung jawab, beban hidup, dan kewajiban yang harus ditunaikan. Yang ada dalam benak kami saat itu hanyalah kesenangan, kebersamaan, tertawa bersama dan berpetualang penuh tantangan. Suasana saat itu terasa hadir kembali. Kurasakan hangatnya matahari senja hari ini masih seperti senja kala itu. Kerinduanku pada kawan-kawan kecilku, mengantarkanku mengingat pengalaman masa dulu. Disaat anak-anak lain mungkin tidak merasakan sepertiku, hidup apa adanya, dengan kebiasaan-kebiasaan yang mungkin belum waktunya bagi anak seusiaku, namun aku menikmatinya saat itu. Bersama teman-teman yang selalu menemaniku, mau menerimaku apa adanya, bahkan mereka menikmati pekerjaan-pekerjaan yang tidak seharusnya mereka lakukan. Aku dibesarkan di desa, kawan-kawanku ada juga yang memang hidup di desa namun gaya hidupnya seperti di kota. Karena kita sahabatan sudah lama, dan dia memang merasa senang bergaul dengan aku dan kawan-kawan yang dari desa, kami sering bermain bersama atau sekedar menemaniku membantu orang tua disawah. Karena kami masih anak-anak yang suka dengan petualangan dan hal baru yang menantang, kami sering bermain di sawah, berkeliling sawah menangkap jangkrik, mencari bunga tebu, atau sekedar ingin bercanda-canda di pinggir sawah.
Kawan-kawan kecilku, berenam itu yang sering, yaitu  aku, Lutfi, Yuni, Nita, Tina, Yanti, tambah satu lagi masku yang usianya seumuran kami juga. Kami bertujuh adalah sekelompok anak kecil yang seusia, satu sekolah, satu angkatan dan satu persahabatan.  Kadang juga bertambah teman yang lain, bisa sampai bersepuluh bahkan lebih.
Suka dan duka masa kecil kami lalui bersama, senang dan susahnya sekolah kami rasakan bersama, kekompakan, persahabatan, kasih sayang, dan perjuangan. Sungguh tak terbayangkan olehku kala itu, jika suatu saat nanti aku akan merindukan saat-saat kebersamaan kami. Sekarang, disini, saat ini aku merindukanya. Hangatnya sinar matahari senja ini membawaku dan mengingatkanku pada masa kecilku, membawaku pada kerinduan kebersaan kawan-kawan kecilku. Sekarang kami telah saling jauh, punya kehidupan masing-masing. Aku disini bertanggung jawab terhadap kuliahku,mereka ada yang sudah punya tanggung jawab terhadap keluarganya, ada yang punya tanggung jawab terhadap pekerjaanya, ada pula yang punya tanggung jawab terhadap rumah tangganya.
Ingatkah mereka dengan kenangan- kenangan kebersamaan kita? Ataukah hanya aku yang ingat dan merasakan  kerinduan ini? Mungkin mereka telah disibukkan oleh tanggung jawabnya, mereka tidak sempat lagi teringat kenangan masa kecilnya, atau mungkin mereka teringat namun tak ada waktu untuk saling bersua. Hmmmmm,,,,, kawan-kawan kecilku, kurindukan kebersamaan kita.
Saat ini aku merindukan hari lalu yang ketika itu tak pernah terpikirkan akan kurindukan disaat yang akan datang. Mungkin juga suatu saat nanti aku akan merindukan hari ini, hari yang telah berlalu. Hari-hari yang tak kusadari telah berlalu begitu cepat, bahkan lebih terasa cepat dari tidur malamku. Mungkin suatu saat nanti, ketika aku telah berada di tempat lain, dengan suasana yang berbeda, aku akan merindukan saat ini. Saat dimana aku sering merenung,memikirkan banyak hal yang sedang kuhadapi, serta menyaksikan kebesaran-Nya. Disini, di balkon lantai tiga tempatku berada saat ini, kusaksikan keindahan ciptaan-Nya yang tak mampu kuungkapkan dengan kata-kata. Aku mampu merasakan keindahan, ketenangan, namun sulit untuk kuungkapkan jika tidak engkau rasakan sendiri.
Subhanallah, indah, nikmat dan menentramkan jiwa yang sedang gelisah. Disinilah kusaksikan kebesaran-Nya yang semakin meyakinkanku. Semakin membuatku yakin dengan kebesaran-Nya, semakin membuatku yakin dengan kuasa-Nya, semakin membuatku yakin dengan kasih sayang-Nya. Dialah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Alhmdulillah, telah diberikan-Nya kenikmatan ini, diberi-Nya kesempatan kepadaku untuk mengagungkan asma-Nya. Dan diberi-Nya kesempatan aku untuk merasakan kasih sayangnya. Alhamdulillah,,,,,,

Saturday, 3 December 2011

sakitnya hati


Sakitnya HATI

Hati adalah segumpal daging yang mempengaruhi diri seseorang. Ketika hati sakit, maka diri pun menjadi sakit karenanya. Hati yang sakit akan menyebabakan si pemilik hati tidak akan tenang menjalani kehidupanya. Bagaimankah sakitnya hati, apakah sama dengan sakitnya raga kita? Tidak, sakitnya hati tidak mudah diketahui orang lain apalagi dirinya sendiri kadang tidak menyadarinya. Apa saja contoh sakit hati? Yaitu hasud, iri terhadap nikmat orang lain, sombong, kikir, dan rakus. Itu adalah beberapa contoh sakitnya hati.
Jika hasud ada dalam hatimu, maka engkau sangatlah rugi. Rugi yang pertama, engkau akan menyakiti dirimu sendiri. Belum tentu orang yang engkau hasudi tahu tentang hasudmu. Maka ia akan biasa saja terhadap sikapmu, meskipun engkau memendam rasa yang tidak menyenangkan bagimu.  Rugi yang kedua, amal shalihmu akan dihapus oleh Allah bak api yang melalap kayu bakar. Sehingga tidak tersisa apapun kecuali abu yang tiada dapat termanfaatkan. Untuk itu, jauhilah sifat hasud. Ketika engkau merasa ada sedikit sifat hasud terhadap orang lain dalam hatimu, maka segeralah meminta-Nya untuk menghilangkan hasudmu. Dan senantiasa berbaik sangkalah kepada setiap orang.
Iri, dengki adalah sifat yang menyiksa diri. Ketika timbul sifat ini dalam hatimu segeralah berlindung kepada-Nya untuk menghilangkan sifat ini. Jika engkau membiarkan sifat ini bercokol di dalam hatimu maka engkau telah menyiapkan kehidupan yang tidak akan membawa ketentraman. Engkau selalu dihinggapi rasa penasaran atas nikmat orang lain, merasa tidak nyaman ketika orang lain mendapatkan nikmat dari-Nya, engkau ingin agar Allah mencabut nikmat itu dan memberikan nikmat itu kepadamu. Jika orang lain mendapatkan nikmat engkau terus-terusan merasa gelisah, apakah ini membuat seorang yang sakit iri ini menjadi menikmati hidupnya, menikmati apa yang ia miliki? Tidak sama sekali. Si iri ini tidak melihat apa yang ia miliki sebagai karunia-Nya untuk dinikmatinya, ia hanya memandang nikmat orang lain, yang mungkin lebih sedikit dibanding dengan nikmat yang diberikan-Nya kepadanya. Ia selalu memandang milik orang lain itu lebih dari apa yang ia miliki. Padahal belum tentu demikian. Si iri ini sungguh tersiksa hidupnya, untuk itu janganlah membiarkan sifat yang menyiksa diri ini ada dalam hatimu.
Sombong, pantaskah manusia memiliki sifat sombong? Sangat tidak pantas. Yang berhaq memiliki sifat sombong hanyalah Allah karena Dialah yang Maha Segalanya. Sedangkan manusia, apa yang bisa ia lakukan tanpa izin Allah? Tak ada. Manusia adalah makhluk sempurana, insan kamil dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Namun tidak dengan begitu manusia bisa menyombongkan dirinya. Allah sangat membenci sifat sombong. Karena Allah tahu manusia tidak selayaknya bersifat ini. Jika ada manusia yang berjalan dimuka bumi ini dengan sombong, Allah tidak segan-segan untuk tidak mengizinkanya masuk ke dalam surga-Nya. Sekecil biji sawipun jika di dalam hatinya ada sifat sombong, segeralah mohon ampun kepad-Nya. Tidak sepantasnya sifat ini ada pada diri makhluk.
Rizqi yang diberikan Allah kepada kita hanyalah titipan yang seharusnya kita salurkan kepada yang berhaq menerima. Jangan pernah berpikir bahwa rizqi yang diberikan kepada kita adalah milik kita seutuhnya. Tidak, di dalam rizqi yang kita dapatkan terdapat hak orang lain. Rizqi yang diberikan-Nya adalah titipan semata yang nanti sewaktu-waktu bisa diambilnya kembali. Untuk itu, jangan sampai rizqi yang dititipkan-Nya kepadamu sampai menjadikanya ada di dalam hatimu, jangan sampai. Biarkanlah rizqi itu sekedar ada di tanganmu, sehingga engkau mudah utuk memberikanya kepada orang lain dan ketika Allah mengambil kembali rizqi itu, engkau tak merasa kehilangan yang berlebihan karena memang sesungguhnya itu hanya titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali oleh Sang pemiliknya. Jika Allah menitipkan rizqi yang banyak kepadamu maka engkau diberi ujian dengan rizqi itu, mampukah engkau memanfaat engkau menahan nafsu untuk kepuasan pribadi. Namun jika engkau diberi rizqi yang sedikit, maka Ia mengujimu dengan rizqi yang sedikdit itu mampukah engkau bersabar, tetap teguh dijalan-Nya dan ikhlas menerimanya. Jika engkau mampu menjalani dengan ikhlas maka pahala besarlah bagimu. Allah berfirman bahwasanya kelak disurga akan dihuni oleh sebagian besar orang-orang yang dari golongan fakir dan miskin. Tidak menutup kemungkinan juga seorang yang kaya, namun mampu menahan nafsu, mentasyarufkan hartanya fisabilillah maka pahala yang lebih besar baginya. Engkau yang memiliki rizqi banyak ataukah sedikit, maka syukuri itu dan berikan haq orang lain yang ada pada hartamu.
Sesungguhnya memberikan sebagian harta yang engkau miliki di jalan Allah itu adalah rizqimu yang sesungguhnya. Teringatku pada ucapan seorang ustadz  bahwa sebaik-baik berbisnis adalah bisnis dengan Allah dan pasti engkau untung serta pasti balasanya. Mungkin memang saat ini tidak terlihat secar jelas namun sebenarnya itu pasti.
Sifat yang memalukan adalah rakus. Bisa diibaratkan seperti tikuslah seorang yang rakus itu. Ia selalu ingin mendapatkan lebih dari yang seharusnya menjadi haknya. Bahkan ia mungkin akan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Janganlah sifat ini ada dalam dirimu. Sangat buruklah sifat ini, andai engkau merasa memiliki sifat ini segeralah untuk menghilangkanya dari dirimu.
Manusia adalah makhluk yang berubah-ubah kadar imannya. Terkadang imannya kuat, sehingga ia menyadari dirinya dan mampu mengendalikan hatinya. Namun terkadang manusia juga lengah, khilaf dengan hati dan dirinya sendiri. Supaya tetap pada keteguhan iman, maka sering-seringlah muhasabah diri. Bagaimana cara muhasabah diri? Banyak cara yang bisa dipakai untuk muhasabah diri, antara lain dengan sering-sering mengingat Allah. Dengan sering mengingat Allah maka kita akan terjaga dari perbuatan, perasaan dan sifat yang tidak diridhainya. Kita akan senantiasa merasa bahwa Allah melihat semua aktifitas kita setiap saat, bahkan yang tidak kita sadari sekallipun. Selain itu, rajin-rajinlah menghadiri majlis ilmu, sehingga engkau senantiasa terupdate iman dan menguatkanya. Jika iman kita kuat, dan kita bertaqwa kepadaAllah insyaAllah penyakit-penyakit hati yang berbahaya itu tidak akan mudah menjagkiti kita.

ceritaku hari ini


Malang, 25 November 2011

Pada dasarnya semua manusia adalah khalifah, dan pasti akan dipertanggung jawabkan atas kepemimpinanya. Yang pertama kali dipimpin oleh seorang manusia adalah dirinya sendiri. Jika dalam memimpin dirinya sendiri ia tidak cakap, maka ia harus introspeksi apa yang terbaik bagi dirinya. Dirinya seharusnya mendapatkan yang sesuai dengan haknya, jika tidak maka itu adalah suatu kedzoliman. Setelah mampu memimpin dirinya sendiri, maka manusia belajar untuk memimpin orang lain. Bisa dalam lingkup keluarga,perusahaan, masyarakat maupun suatu negara/pemerintahan.
Seorang  pemimpin adalah pengayom bagi yang dipimpin. Bagi seorang pemimpin atau orang yang dipercaya untuk memimpin haruslah memiliki kecakapan untuk mengendalikan yang dipimpin. Memang tidak mudah mendapatkan amanah untuk memimpin, apalagi memimpin orang lain yang nota benenya lebih dewasa dan lebih berpengalaman dari diri kita. Disatu sisi memimpin orang yang demikian adalah mudah, karena ketika ada sedikit saja kesalahan, maka ada yang segera mengingatkan. Namun terkadang sulit juga, disaat kita ingin memberikan instruksi jika itu kurang sopan rasanya berat juga.
Banyak wejangan-wejangan bagi seorang pemimpin atau orang yang diamanahi menjadi seorang pemimpin. Antara lain, seorang pemimpin haruslah tegas dalam mengambil keputusan, harus konsisten dengan apa yang telah menjadi kesepakatan bersama, harus bisa menerima kritik dengan lapang dada, harus bisa menyuarakan aspirasi orang yang dipimpin, harus bisa adil, dan harus bisa amanah dengan kepemimpinanya.
Seorang pemimpin haruslah bersikap fleksibel terhadap semua yang dipimpin. Ibarat sebatang tanaman, pemimpin adalah rumput ilalang. Ia terhempas angin ke kanan dan ke kiri, namun ia mengikuti saja arah angin itu. Meski demikian ia tidak lepas dari akarnya, akarnya tetap kuat menyangga tubuhnya. Meskipun angin yang berhembus itu kencang ia akan tetap mampu bertahan dengan terbawanya tubuhnya seiring arah angin. Begitu juga seorang pemimpin, ia haruslah bisa mendengarkan aspirasi orang-orang disekitarnya, mengahargai pendapat yang dipimpin serta mampu mempertahankan kebenaran yang seharusnya dan ia harus tetap bisa berpegang teguh dengan peraturan yang berlaku sehingga ia tetap kuat dalam amanah yang diembannya.
Andai seorang pemimpin tidak bisa bersikap demikian, ia bersikap kaku tidak fleksibel maka ibarat sebuah tanaman yang berbatang kayu, belum begitu besar pula. Ketika ada angin yang berhembus ke kanan ia berusaha tetap mempertahankan diri, ketika ada angin yang berhembus ke kiri, ia masih tetap juga berusaha mempertahankan diri. Mungkin jika anginya tidak kencang ia sanggup bertahan, namun ketika anginya sangat kencang maka batang yang kaku tersebut akan patah. Begitu pula seorang pemimpin, ketika ia apatis terhadap orang yang dipimpinya, tidak ada komunikasi yang baik, serta bersikap angkuh seolah-olah ia adalah orang nomor satu yang harus dihargai dan dihormati, maka habis sudah kepemimpinan yang demikian. Tidak akan ada lagi kepemimpinan yang baik, rasa nyaman pun akan tiada. Bahkan akan menyebabkan kesenjangan sosial yang mencolok antar yang dipimpin dengan pemimpinya.
Jika orang yang dipimpin tidak lagi merasa nyaman dengan pemimpinya, maka ia akan cenderung meremehkan bahkan cenderung berontak dengan aturan-aturan yang ada. Komunikasi pun akan terasa dingin, tidak ada komunikasi yang sehat dan friendly.
Untuk itu, bagi para pemimpin yang sedang menghadapi masalah dengan kepemimpinanya, segeralah introspeksi diri. Apa yang seharusnya diperaiki, bagaimanakah komunikasi yang telah dilakukan selama ini. Sudahkah baik kepemimpinan yang diterapkanya. Semoga sukses dengan amanah kepemimpinan yang sahabat semua emban. Semoga diberi kemudahan,,,,