Saturday, 15 June 2013

Malang, 16 juni 2013 at (24.45)  Pengakuan ini kutuliskan disaat tengah malam, mataku tak mampu terpejam kerana kekecewaan. Kucoba mencurahkan perasaan yang selama ini kurasakan, sebagai pelajaran dan penambah wawasan bagi pembaca. Awal cerita kumulai ketika hatiku teguh pada sebuah pendirian, kokoh bagai tembok raksasa berlapis baja. Aku seorang perempuan yang cerdas, menanti cinta dengan kesabaran. Meskipun kesabaran ini akan mengecewakanku, namun aku yakin kebahagiaan takkan mengkhianatiku. Tak sedikitpun aku tertarik pada laki-laki selain seorang lelaki berinisial N. Sosok yang bijak, cakap, penuh pesona dan sangat meneduhkan pandangan. Dialah lelaki yang mengawali perubahan alur hidupku.  Hadir seorang yang menemani hari-hariku dengan penuh cerita baru tentang kenyataan dunia, dimana seorang manusia tak hanya mencinta dirinya namun juga peduli pada lingkungannya. Hari, bulan dan tahun berganti menjadikan istimewa hubungan kami. Sosok berinisial N yang sangat kukagumi sedikit meluntur bahkan telah kucoba menghapus namanya dan mengganti dengan inisial baru. Sedikit tertarik, semakin menarik dan akhirnya aku tertarik dan berkomitmen. Meski demikian aku tetap teguh pada prinsip, aku takkan menodai diriku dengan hubungan haram, aku takkan mengulang kesalahan lama, aku takkan mau sebelum semua tepat pada waktunya. Kesempatan pertama aku mampu mengelola dengan baik, tak sedikitpun goyah dari pendirianku. Hubungan semakin baik dan semakin membaik. Kesempatan kedua tetap aku masih kokoh dengan pendirianku. Semakin bertambah hari hubungan semakin menjadi baik dan tibalah saat ternoda hatiku ketika itu. Kesempatan ketiga aku tak mampu mempertahankan pendirianku, dan aku mulai terkikis oleh perasaan. Begitu halus menyerang jiwaku hingga aku tak menyadari, aku masih merasa aman dan nyaman. Sedikit demi sedikit aku melanggar aturan dan norma yang telah kuyakini dan lama kubangun di dalam hatiku. Satu demi satu ilmuku luntur, hatiku terkoyak, imanku merosot jauh tak mampu kukendalikan. Hingga puncak dari sekian ini adalah ketidak nyamanan dalam kesenangan. Aku senang dalam kemaksiatan, namun hatiku berontak karena bertentangan dengan kesungguhan hatiku. Aku sadar karena iman di hati yang masih dalam genggamannya. Aku ketakutan dalam tawa, aku menangis dalam penyesalan yang mendalam ketika aku tersadar. Hingga kuputuskan untuk mengakhiri semua ini, kuambillah jalan halal menuju cinta sejati. Besar harapku dalam keindahan hidup yang halal, meski aku harus membunuh diriku sendiri dalam jalan yang takku tahu arah tujuannya. Kupaksakan ia menerima permintaanku dengan berbagai alasan yang kuberikan. Aku mengemis bagaikan manusia hina. Aku merendah bagaikan tak punya harga diri. Demi tujuan halalnya yang kuraskan ini. Orang menyebut ini cinta, fitrah, naluri, rasa indah yang tumbuh dalam hati.  Kukira setelah keputusan ini akan membuat menjadi baik, sebagaimana harapanku. Ternyata kusalah. Aku adalah simbol kebodohan pecinta, yang telah mengahancurkan hidupnya sendiri.  Aku menangis ketika ingat impianku dimasa dulu. Harapan indah, cita-cita mulia, hidup layak, dan seorang suami impian bersama keluarga bahagia yang ingin kuwujudkan kini semua itu bagaikan hampa. Aku tidak melihat gambaran indah itu lagi, kini semua kelam, gambar-gambar indah masa depanku tiada kutemui. Setelah impian yang kuukir dengan tinta air mata pengorbanan dan perjuangan kututup demi cinta, kini cinta membawaku pada kenistaan hidup.  Aku terjebak dalam hidup yang nista, kotor dan menjijikkan. Hatiku kotor, keras dan tak mampu ditembus ilmu. Keindahan cinta dari Yang Maha Cinta kini tiada lagi, bahkan kekakuan cinta yang kurasakan. Aku semakin jauh dari-Nya, aku mencampakkan diriku dari rahmah-Nya. Dalam hatiku takku sebut naman-Nya, takku ingat kasih sayang-Nya. Aku membayangkan ketika saat itu nyawaku diambil, betapa menyesalnya hidupku didunia ini. Pastilah aku manusia paling kecewa dalam hidup, dan penyesalanku takkan terobati seumur hidup hingga akhir zaman. Apakah aku salah memiih, ataukah caraku yang salah, ataukah kehidupan telah menyalahkan aku???? Akulah simbol kebodohan pecinta Cinta yang dikatakan orang indah, dimana keindahannya? Cinta yang dikatakan nikmat, mengapa takku rasa demikian? Ah...... cinta, telah membawa nafsu dan membawa hancur hidupku. Kerana nafsu aku jauh dari-Nya. Kerana nafsu aku kehilangan diriku sendiri. Kerana nafsu aku menjadi manusia paling hina. Kerana nafsu aku mendzalimi diriku, dan kerana nafsu aku menjadi bodoh dimataku. Maha Benar firman Allah, dan risalah yang dibawa Rasulullah. Cinta indah ada dalam hati seorang beriman. Cinta yang nikmat ada dalam hati seorang yang bertaqwa.   Sahabat, siapapun yang sempat membaca curahan hatiku ini ingin kusampiakan tentang satu hal, yaitu jangan pernah mencoba pacaran. Nikmat hidup, cita-cita mulia, karakteristik pribadimu, impian masa depanmu akan hancur berkeping-keping karenanya. Lebih berbahaya dari pada itu, kujamin iman dan ketaqwaanmu akan meninggalkanmu tanpa kau sadari. Ketika kamu sadar barulah penyesalan yang luar biasa hebat yang kamu rasakan. Aku berani mengatakan ini karena aku telah merasakannya, dan aku kini sangat menyesal. Andai waktu bisa kuulangi aku takkan mencoba pacaran. Hanya kenikmatan semu dan kebahagiaan fana yang nak kamu dapatkan. Perasaan indah itu akan indah dalam hubungan yang halal dan dalam hati yang bersih dari kemungkaran. Jangan pernah berpikir aku seorang yang dikecewakan oleh laki-laki sehingga aku mengatakan demikian, tidak sama sekali. Aku tengah menuju pernikahan, dan sebelum pernikahan itu terlaksana, kurang lebih selama 6 bulan aku berpacaran dengan calon suamiku. Sampai saat aku menulis ini, hubungan kami baik-baik saja, bahkan sangat baik dan semakin mesra bagaikan suami istri. Pada saat aku menulis ini, adalah 2 bulan lebih 6 hari menuju pernikahan yang kami rencanakan. Selama 6 bulan itulah saat yang paling kusesali dalam hidupku sampai saat aku menulis ini.  Cukuplah aku yang menjadi simbol kebodohan seorang pecinta.........
cinta
Malang, 16 juni 2013 at (24.45)

Pengakuan ini kutuliskan disaat tengah malam, mataku tak mampu terpejam kerana kekecewaan. Kucoba mencurahkan perasaan yang selama ini kurasakan, sebagai pelajaran dan penambah wawasan bagi pembaca.
Awal cerita kumulai ketika hatiku teguh pada sebuah pendirian, kokoh bagai tembok raksasa berlapis baja. Aku seorang perempuan yang cerdas, menanti cinta dengan kesabaran. Meskipun kesabaran ini akan mengecewakanku, namun aku yakin kebahagiaan takkan mengkhianatiku. Tak sedikitpun aku tertarik pada laki-laki selain seorang lelaki berinisial N. Sosok yang bijak, cakap, penuh pesona dan sangat meneduhkan pandangan. Dialah lelaki yang mengawali perubahan alur hidupku.
Hadir seorang yang menemani hari-hariku dengan penuh cerita baru tentang kenyataan dunia, dimana seorang manusia tak hanya mencinta dirinya namun juga peduli pada lingkungannya. Hari, bulan dan tahun berganti menjadikan istimewa hubungan kami. Sosok berinisial N yang sangat kukagumi sedikit meluntur bahkan telah kucoba menghapus namanya dan mengganti dengan inisial baru. Sedikit tertarik, semakin menarik dan akhirnya aku tertarik dan berkomitmen. Meski demikian aku tetap teguh pada prinsip, aku takkan menodai diriku dengan hubungan haram, aku takkan mengulang kesalahan lama, aku takkan mau sebelum semua tepat pada waktunya.
Kesempatan pertama aku mampu mengelola dengan baik, tak sedikitpun goyah dari pendirianku. Hubungan semakin baik dan semakin membaik. Kesempatan kedua tetap aku masih kokoh dengan pendirianku. Semakin bertambah hari hubungan semakin menjadi baik dan tibalah saat ternoda hatiku ketika itu. Kesempatan ketiga aku tak mampu mempertahankan pendirianku, dan aku mulai terkikis oleh perasaan. Begitu halus menyerang jiwaku hingga aku tak menyadari, aku masih merasa aman dan nyaman. Sedikit demi sedikit aku melanggar aturan dan norma yang telah kuyakini dan lama kubangun di dalam hatiku. Satu demi satu ilmuku luntur, hatiku terkoyak, imanku merosot jauh tak mampu kukendalikan. Hingga puncak dari sekian ini adalah ketidak nyamanan dalam kesenangan. Aku senang dalam kemaksiatan, namun hatiku berontak karena bertentangan dengan kesungguhan hatiku. Aku sadar karena iman di hati yang masih dalam genggamannya. Aku ketakutan dalam tawa, aku menangis dalam penyesalan yang mendalam ketika aku tersadar. Hingga kuputuskan untuk mengakhiri semua ini, kuambillah jalan halal menuju cinta sejati. Besar harapku dalam keindahan hidup yang halal, meski aku harus membunuh diriku sendiri dalam jalan yang takku tahu arah tujuannya.
Kupaksakan ia menerima permintaanku dengan berbagai alasan yang kuberikan. Aku mengemis bagaikan manusia hina. Aku merendah bagaikan tak punya harga diri. Demi tujuan halalnya yang kuraskan ini. Orang menyebut ini cinta, fitrah, naluri, rasa indah yang tumbuh dalam hati.
Kukira setelah keputusan ini akan membuat menjadi baik, sebagaimana harapanku. Ternyata kusalah. Aku adalah simbol kebodohan pecinta, yang telah mengahancurkan hidupnya sendiri.
Aku menangis ketika ingat impianku dimasa dulu. Harapan indah, cita-cita mulia, hidup layak, dan seorang suami impian bersama keluarga bahagia yang ingin kuwujudkan kini semua itu bagaikan hampa. Aku tidak melihat gambaran indah itu lagi, kini semua kelam, gambar-gambar indah masa depanku tiada kutemui. Setelah impian yang kuukir dengan tinta air mata pengorbanan dan perjuangan kututup demi cinta, kini cinta membawaku pada kenistaan hidup.
Aku terjebak dalam hidup yang nista, kotor dan menjijikkan. Hatiku kotor, keras dan tak mampu ditembus ilmu. Keindahan cinta dari Yang Maha Cinta kini tiada lagi, bahkan kekakuan cinta yang kurasakan. Aku semakin jauh dari-Nya, aku mencampakkan diriku dari rahmah-Nya. Dalam hatiku takku sebut naman-Nya, takku ingat kasih sayang-Nya. Aku membayangkan ketika saat itu nyawaku diambil, betapa menyesalnya hidupku didunia ini. Pastilah aku manusia paling kecewa dalam hidup, dan penyesalanku takkan terobati seumur hidup hingga akhir zaman.
Apakah aku salah memiih, ataukah caraku yang salah, ataukah kehidupan telah menyalahkan aku???? Akulah simbol kebodohan pecinta
Cinta yang dikatakan orang indah, dimana keindahannya?
Cinta yang dikatakan nikmat, mengapa takku rasa demikian?
Ah...... cinta, telah membawa nafsu dan membawa hancur hidupku. Kerana nafsu aku jauh dari-Nya. Kerana nafsu aku kehilangan diriku sendiri. Kerana nafsu aku menjadi manusia paling hina. Kerana nafsu aku mendzalimi diriku, dan kerana nafsu aku menjadi bodoh dimataku.
Maha Benar firman Allah, dan risalah yang dibawa Rasulullah. Cinta indah ada dalam hati seorang beriman. Cinta yang nikmat ada dalam hati seorang yang bertaqwa.

Sahabat, siapapun yang sempat membaca curahan hatiku ini ingin kusampiakan tentang satu hal, yaitu jangan pernah mencoba pacaran. Nikmat hidup, cita-cita mulia, karakteristik pribadimu, impian masa depanmu akan hancur berkeping-keping karenanya. Lebih berbahaya dari pada itu, kujamin iman dan ketaqwaanmu akan meninggalkanmu tanpa kau sadari. Ketika kamu sadar barulah penyesalan yang luar biasa hebat yang kamu rasakan. Aku berani mengatakan ini karena aku telah merasakannya, dan aku kini sangat menyesal. Andai waktu bisa kuulangi aku takkan mencoba pacaran. Hanya kenikmatan semu dan kebahagiaan fana yang nak kamu dapatkan. Perasaan indah itu akan indah dalam hubungan yang halal dan dalam hati yang bersih dari kemungkaran. Jangan pernah berpikir aku seorang yang dikecewakan oleh laki-laki sehingga aku mengatakan demikian, tidak sama sekali. Aku tengah menuju pernikahan, dan sebelum pernikahan itu terlaksana, kurang lebih selama 6 bulan aku berpacaran dengan calon suamiku. Sampai saat aku menulis ini, hubungan kami baik-baik saja, bahkan sangat baik dan semakin mesra bagaikan suami istri. Pada saat aku menulis ini, adalah 2 bulan lebih 6 hari menuju pernikahan yang kami rencanakan. Selama 6 bulan itulah saat yang paling kusesali dalam hidupku sampai saat aku menulis ini.
Cukuplah aku yang menjadi simbol kebodohan seorang pecinta.........

No comments:

Post a Comment

terimakasih atas komentarnya, semoga bisa memperbaiki untuk kedepanya.