Saturday, 19 March 2011

keluarga muda

Sabtu, 19 Maret 2011
Sabtu pagi, dengan cuaca cerah, di selatan gedung FIP UM, tepatnya di serambi Home Cafe di dekat tempatku duduk ada satu keluarga muda yang terlihat bahagia. Seorang ayah muda, tampan, proporsional, menggunakan kaos putih bergaris coklat dan seorang ibu muda yang kira-kira berumur 25 tahun, menggunakan baju kurung coklat, berjilbab, menggendong putranya yang kira-kira berumur 7 bulan bersama dua orang putra putrinya yang lain. Seorang anak perempuan, memakai baju terusan putih bermotif  bunga-bunga, lucu dan seorang anak laki-laki memakai kemeja lucu berwarna coklat berlari-lari disekitar ayah dan ibunya duduk. Dua anak kecil yang kira-kira berumur 4 tahunan, terlihat lucu dan menggemaskan.
Sebuah keluarga muda yang mungil dan terlihat bahagia. Mugkin Sang Ayah sedang menempuh S2 di UM, terlihat dari tas yang dibawanya berisi buku-buku, serta i-pad yang ada di samping tas jinjingnya.
Sesekali terlihat Sang Ayah menunjukkan sesuatu dari i-padnya kepada anak-anak lucu itu, sambil makan bekal yang dibawa dari rumah, anak-anak itu bercanda dengan Sang Ayah. Sedangkan Si Ibu yang dari tadi mondar-mandir karena putra yang digendongya rewel, terlihat sibuk sendiri dengan putra kecilnya. Sungguh, tampilan keluarga muda yang bahagia. Saling menyayangi, ada komunikasi yang baik antara ayah dan putra-putrinya, tidak hanya ibunya saja yang memperhatikan buah hati dalam keluarga. Ada kemesraan yang tersirat antara seorang ayah, ibu, dan putra-putrinya.
Sekitar pukul 10.20, keluarga muda itu meninggalkanku. Menggunakan sepeda motor , dengan putranya duduk di depan ayahnya dan putrinya duduk di depan ibunya yang menggendong putra kecilnya, keluarga itu meninggalkanku.
Sungguh tampilan keluarga muda yang harmonis, dan bahagia,,,,



Sekedar cerita,

Mahasiswa Muslim Ideal

Mahasiswa bisa disebut ideal apabila telah memenuhi sebagai muslim ideal. Dengan menjadi muslim ideal, berarti telah memiliki prestise tinggi dihadapan Allah SWT melalui kadar keimananya.
Tiga hal yang membuat seseorang unggul diantara yang lain adalah:
·         Pola pikir (thinking)
Pola pikir terbentuk melalui proses panjang, tergantung pada apa yang dipelajari, dipahami dan dibaca.
·         Perkataan (speaking)
Lisanya selalu dijaga untuk berkata yang baik dan bermanfaat.
·         Tindakan (action)
Setiap tindakan yang dilakukan berdasarkan pada Al-Qur’an dan  Al-Hadits, serta rasa takut, patuh, dan ketaatan kepada Allah.
            Dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan beberapa sifat seseorang yang bisa disebut ideal, yaitu dalam QS.At-Tin (ayat 4), QS.Al-Fushilat (ayat 33), QS.Al-Mulk (ayat 2)
Ø  QS.At-Tin (ayat4)
Artinya, ”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Berdasar arti ayat di atas, kita seharusnya mensyukuri nikmat Allah tersebut.
Tindakan yang bisa menunjukkan kepada Allah atas rasa syukur kita diantaranya adalah:
1)        Menunjukkan penampilan terbaik
Kaitanya dengan mahasiswa ideal, penampilan adalah suatu tampilan yang dilihat oleh orang lain. Dari penampilan itulah orang lain menilai seseorang, walaupun tidak sepenuhnya dari penampilan saja. Namun kesan seseorang terhadap orang lain yang mendominasi adalah dari penampilanya. Islam mengajarkan untuk berpenampilan sebagaimana tuntunan Al-Qur’an dan Hadits Rosululloh. Tidak diajarkan untuk berpenampilan yang harus mengikuti trend sekarang ataupun yang serba mahal, melainkan yang baik, sopan, dan menutup aurat. Penampilan terbaik inilah yang seharusnya ditunjukkan oleh seorang muslim.
2)        Menjadi manusia yang unggul (good excellent)
Manusia unggul dalam kaitanya dengan muslim ideal adalah seorang yang menjadi “paling” diantara yang lain. Memiliki suatu kelebihan, dan kelebihan itu dalam hal kebaikan.
3)         Proaktif
Seorang mahasiswa yang ideal pasti aktif dalam setiap kegiatan. Baik aktif dalam kegiatan akademis maupun non akademis.

Ø  QS. Al-Fushilat (ayat33)

Artinya, “Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal yang shaleh dan berkata-kata baik, sesungguhnya akan termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Dari arti ayat tersebut dapat diketahui syarat muslim ideal selanjutnya adalah:
a.    Positive thinking (berpikir positif)
Dengan berpikir positif, tubuh akan positif pula dalam menanggapi stimulus dari luar tubuh. Seseorang yang selalu berpikir positif akan mudah mengendalikan emosinya dalam segala keadaan.
Pola pikir yang positif, akan menyebabkan sikap yang positif pula pada diri seseorang, sehingga dapat memandang segala sesuatu dengan tepat menggunakan hati nurani berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits bukan berdasarkan tekanan emosi. Seseorang yang memiliki sikap positif akan mampu menjadi pribadi yang kuat, penuh semangat karena memandang segala hal adalah positif. Sehingga mampu memikirkan apa yang seharusnya dilakukan.
Dengan sikap positif, seseorang akan senantiasa siap menghadapi tantangan dan mampu bangkit kembali ketika dalam keadaan terpuruk.
b.    Good remarks (perkataan yang baik)
Perkataan yang baik adalah perkataan yang memiliki isi dan tujuan. Baik untuk menarik manfaat maupun mencegah kerusakan. Perkataan tersebut ringkas, sesuai kebutuhan, mudah dipahami, diucapkan tepat pada waktu dan tempatnya, serta tidak menggunakan kata-kata kasar dan memalukan.
Seseorang yang memiliki perkataan baik, maka akan menjaga dari rendahnya pandangan orang lain terhadap dirinya. Karena dengan perkataan dan sikap, dapat diketahui tingkat kepandaian seseorang. Sabda Rosululloh “Sesungguhnya orang yang mencintai Allah dan Rosul-Nya maka ia menjaga perkataanya”.



Ø  QS. Al-Mulk (ayat 2)
  
Artinya, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Berdasarkan ayat diatas, syarat muslim ideal adalah yang terbaik amalnya. Amal baik dapat berupa berbagai perbuatan yang bermanfaat, baik bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Seorang ahli hikmah berkata “Orang yang buruk akhlaknya akan sempit rezeki”. Sedangkan ahli balaghah berkata “Akhlak yang baik akan membuat jiwa pemiliknya merasa nyaman dan orang lain menjadi selamat darinya. Sedangkan akhlak yang buruk akan menjadi bencana bagi orang lain dan menjadi penderitaan bagi pemiliknya.”
Nabi bersabda,”Orang yang paling aku cintai diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya, yakni yang berkumpul untuk memberi bantuan, yang saling menyayangi dan disayangi.” Akhlak yang baik ditandai  dengan budi pekerti yang lembut, bersikap lunak pada sekitarnya, berwajah ceria, sedikit keenggananya, dan baik perkataanya.”
Dari uraian diatas dapat dilihat ciri-ciri seseorang yang termasuk muslim ideal adalah:
ü   Prestasinya diatas indeks prestasi. Baik prestasi akademik maupun non akademik.
ü   Kepribadianya baik, sesuai dengan tuntunan Rosululloh dan berdasarkan Al-Qur’an.
ü   Lebih unggul dibandingkan yang unggul.
Inilah uraian singkat mengenai mahasiswa ideal. Semoga dari uraian ini kita dapat mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah meridhoi,, amin yarabbal’alamin.

Wednesday, 9 March 2011

Kertas – Kertas Lusuh Tak Ternilai

Deru mesin- mesin pabrik yang memekakkan telinga, polusi udara yang  tidak dapat dihindari lagi akibat lalu lalang kendaraan yang tiada henti adalah pemandangan sehari - hari di kota. Disela- sela kendaraan yang menunggu giliran untuk menancap gasnya ketika lampu merah berganti hijau, sesekali terlihat sosok tubuh renta yang lemah membawa beberapa carik kertas diikat karet. Kertas yang lusuh penuh coretan tak karuan itu selalu dibawanya kemanapun ia pergi.
Sosoknya yang aneh dengan membawa beberapa carik kertas diikat karet, menggunakan celana panjang compang- camping dipadu kemeja lusuh dan terlihat kotor, membuatnya terlihat seperti penderita gangguan jiwa. Setiap orang yang melihatnya akan merasa risih, bahkan jijik dengan keberadaanya. Meski demikian, ia tetap saja menawarkan kertas- kertas itu kepada orang- orang yang berpakaian rapi.
 Setiap kali hendak menawarkan kertas yang di  bawanya kepada orang- orang yang berpakaian rapi, kaca mobil pengemudi yang hendak ditawari pasti segera ditutup oleh pengemudinya, Dengan segera ia membalikkan tubuhnya yang renta dan tersenyum sambil komat- kamit tak jelas apa yang diucapkanya. Kemudian ia menuju trotoar jalan dan duduk disana tanpa alas duduk, melihat setiap kendaraan yang melintas di depanya. Kejadian aneh serupa, pasti akan terulang kembali esok hari. Hampir tidak pernah absen barang seharipun, Si Tua panggilan yang biasa kugunakan untuknya, selalu mangkal di depan toko bunga yang sudah tutup sekitar dua tahun yang lalu.
Suatu hari ketika aku berangkat kerja, aku bertemu lagi dengan Si Tua. Hampir setiap aku berangkat dan pulang kerja selalu melihatnya di trotoar  jalan. Apakah ia tak punya tempat tinggal, atau mungkin keluarga. Atau jangan- jangan Si Tua adalah orang gangguan jiwa yang tidak di urus keluarganya. Muncul banyak pertanyaan tentang Si Tua, namun yang semakin membuatku penasaran, ia hanya menawarkan kertas- kertas yang dibawanya kepada orang yang berpakaian rapi saja. Kenapa ia tidak menawarkan juga kepada orang lain yang penampilanya biasa atau bahkan yang sekedar memakai kaos oblong. Entah kenapa aku merasa ada yang ganjil, sehingga menarik perhatianku untuk mencari tahu lebih jauh asal- usul Si Tua dan isi kertas- kertas yang dibawanya.
Hari berganti hari, satu minggu pun telah berlalu. Karena rasa penasaranku belum terjawab, kuputuskan untuk mencari tahu asal- usul Si Tua. Beberapa rencana telah kususun untuk itu. Rencana pertama, aku akan berangkat kerja dengan pakaian yang rapi agar Si Tua tertarik untuk menawarkan kertas- kertasnya padaku. Setelah Si Tua menawarkan kertas- kertas itu, rencana kedua kulakukan. Aku akan melihat- lihat kertas itu dan pura- pura tertarik untuk membelinya. Kemudian, ketika ia menawarkan harga kertasnya, mulailah rencana ketiga. Dan memang benar, ia menawarkan harga kertasnya. Satu hal yang membuat jantungku seakan berhenti berdetak adalah ketika ia menyebutkan nominal harga kertasnya. Mulutku menganga tak berkata- kata, mataku melotot mendengarnya. “Pantas saja orang- orang menganggapnya sakit jiwa, karena memang ia sudah gila. Benar saja, kertas yang lusuh, dengan tulisan simbol-simbol yang tak pernah kulihat sebelumnya minta dihargai 10.000.000,00. Sungguh diluar dugaan, tak pernah kubayangkan ia mematok harga yang membuatku surprize”. Gumamku dalam hati.
 Beberapa kalimat yang masih terekam dalam memori otakku adalah ketika ia menceritakan sedikit masa lalunya. “Dulu ia akan menggantinya dengan harga yang jauh lebih tinggi dari yang kutawarkan padamu, namun aku menolaknya”, begitulah kata- kata Si Tua. Setelah dia mengatakan itu, terlihat ia menerawang jauh pada masa lalunya. Kemudian ia tersenyum sendiri sambil komat- kamit tak jelas. Persis seperti yang biasanya terlihat di persimpangan jalan depan toko bunga yang sudah tutup itu.
“Dulu, aku tidak bersalah, namun nasib berkata lain pada takdir hidupku. Meski demikian Tuhanku tahu, Tuhanku juga tidak tidur. Tuhanku melihat kejadian waktu itu, hanya saja manusia- manusia brengsek itu yang telah mengubur dalam- dalam mimpi dan harapan yang selama ini berusaha untuk kuwujudkan. Mereka telah mengurungku, menghancurkan masa depanku dan membuatku seperti ini”. Dengan terbata- bata ia mengatakan bahwa mimpinya tidak terwujud. Sambil menyeka air mata yang mulai keluar, ia pergi meninggalkan aku.
Aku  masih bingung dengan kata- kata yang baru saja kudengar. Sungguh diluar dugaan, Si Tua yang pernah kuanggap gangguan jiwa ternyata adalah orang normal. Bahkan ia memiiki impian besar yang belum terwujud. Aku menangkap sedikit ceritanya, walaupun aku kurang mengerti ha- hal yang ia ceritakan secara detail. Yang kulihat dari wajahnya yang renta, adalah kekecewaan besar atas masa lalunya yang kelam.
Hari- hari berikutnya beralu dengan rasa penasaran, masih terpikir untuk mencari tahu apa gerangan maksud kata- kata yang pernah di ucapkanya tempo hari. Disaat rasa ingin tahuku semakin membuncah, Si Tua yang biasa mangkal di simpang jalan depan toko bunga itu sudah tak terlihat lagi.
Hari berganti hari, minggu berganti menjadi bulan. Suatu pagi, tanpa sengaja kulihat sosok Si Tua berjalan menuju arah Pasar Besar. Karena rasa penasaranku yang belum terjawab, kuputuskan untuk mengikutinya. Ia berjalan sangat cepat, menuju arah pasar. Bau busuk yang menyengat, amis dari ikan- ikan yang dijual,  serta sampah yang menumpuk di pinggir pasar menyebabkan aroma tidak sedap. Aku terpaksa menutup hidung, karena mual dengan aroma pasar yang membuat perutku serasa di aduk- aduk hendak dikeluarkan isinya. Langkah kakinya semakin cepat dan semakin lebar, sehingga aku tertinggal cukup jauh darinya. Aku tidak tahu tempat apa yang hendak dituju oleh Si Tua. Semakin jauh langkah kaki ini meninggalkan pasar, semakin lelah pula aku mengikutinya. Akhirnya sampaliah di suatu kampung yang belum pernah aku tahu sebelumnya. Di perbatasan antar kampung dekat tempat pembuangan akhir itulah ia tinggal, sebuah gubuk kecil yang terbuat dari bambu yang dianyam.
Ketika ia memasuki gubuk itu, aku hanya mengintainya dari kejauhan. Setelah keadaan mulai aman, bak seorang pencuri yang hendak mencuri, dengan hati- hati kulangkahkan kaki mendekati gubuk itu. Dalam hati aku merasa takut, namun perasaanku mengatakan ia adalah orang baik- baik. Sehingga kuhilangkan keragu- raguanku, dan kulangkahkan kakiku lebih dekat dengan gubuk. Kucoba untuk mengintainya dari celah- celah kecil anyaman bambu.
Betapa terkejutnya aku ketika Si Tua itu membuka pintu rumahnya, dan keluar memakai pakaian yang lebih baik dari yang selama ini kulihat. Tanpa dapat berkata-kata aku hanya melongo menyaksikan sosok yang ada di hadapanku. Sungguh berbeda dengan yang selama ini kuketahui.
“Masuklah Nak, apa gerangan yang ingin kau ketahui tentang aku? Kenapa kau mengikutiku?” Pertanyaan yang langsung membuatku tak berkutik lagi, pipiku memerah saking malu atas ulahku sendiri. Tanpa berpikir panjang, aku bergegas masuk ke dalam gubuk kecil itu. Didalamnya terdapat banyak  alat yang tak kuketahui namanya. Yang kutahu adalah beberapa pasang antena yang dilengkapidengan kabel- kabel dan baling- baling. Sungguh pemandangan yang tak pernah kusangka ada di tempat seperti ini.
“Sebelumnya maafkan saya, karena telah mengikuti Anda.” Ucapku dengan rasa bersalah.
“Tak ada yang salah.” Ucapnya dengan senyum mengembang yang masih sama seperti senyum aneh yang selama ini terlihat. Aku terdiam tak dapat berkata- kata. Kulihat ia menerawang jauh keluar. Entah apa yang dipikirkanya, tiba-tiba ia membuka percakapan dengan nada datar.
“Tahukah kau Nak, aku bukanlah penderita gangguan jiwa seperti yang kau bayangkan.” Kata-katanya serasa menusuk ulu hatiku, darimana ia tahu apa yang kupikirkan saat itu.
“Ini semua kulakukan untuk mencari ketenangan. Cerita masa laluku yang kelam, membuat hari- hari yang kulalui serasa meletihkan. Ingin hidup, tapi hidupku sudah hancur. Ingin mati, tapi Tuhan belum mencabut nyawaku. Semua ini berawal ketika aku hendak lulus sarjana di salah satu universitas di Amerika, 20 tahun lalu. Waktu itu aku menciptakan temuan baru yang cukup menakjubkan. Penelitian yang kulakukan kurang lebih tiga tahun itu menghasilkan sebuah alat berupa antena yang dapat mendeteksi adanya gejala-gejala di luar angkasa. Karena temuanku dianggap penemuan baru yang bermanfaat, maka aku dijamin lulus dengan nilai terbaik. Salah seorang rekanku dari Indonesia, tidak terima ketika aku mampu menciptakan alat itu. Ia mau mengganti hasil temuanku dengan nominal satu juta dollar, tapi aku menolak ketika ia menawarkanya. Ia terus berusaha mendesakku untuk menerima tawaran itu, karena ia tertekan atas tuntutan keluarganya yang memaksa untuk menciptakan temuan baru. Namun, aku tetap menolaknya. Hingga suatu hari, ia mencuri hasil temuanku dan mematenkan bahwa itu temuanya.”
“Suatu hal yang membuatku sangat kecewa, betapa tega ia melakukan hal itu padaku. Karena jiwaku yang masih labil, dan marah yang tak terbendung lagi, tiba- tiba terlintas dalam anganku untuk menghabisinya. Tanpa berpikir panjang, apa yang terlintas itu spontan kulakukkan. Akhirnya aku dipenjarakan di Negara bagian USA, karena aku memang terbukti bersalah. Keluarganya menuntut agar aku di hukum seumur hidup. Namun, pengadilan menetapkan aku di hukum 13 tahun atas usaha pembunuhan yang kulakukan. Sebenarnya aku juga ingin menggugat balik atas perbuatanya yang melanggar hukum karena telah mematenkan temuan yang bukan haknya. Namun aku tidak punya cukup bukti untuk itu. Semua file, data dan barang- barang yang ada hubunganya dengan temuan itu diambilnya.
Akhirnya kuurungkan niatku, kucoba untuk menerima kenyataan pahit yang harus kujalani dalam hidupku. Setelah 13 tahun menjalani hukuman disana, aku dipulangkan lagi ke Indonesia. Semua keluarga di Indonesia mungkin telah menganggapku mati, sampai saat ini pun tak ada yang tahu kalau aku masih hidup. Aku sudah tak tahu lagi ayah. ibu, dan adik- adikku. Mereka sudah kuanggap mati, tak ada lagi artinya hidupku ini. Huuuuuh….. disini aku hanya numpang hidup. Aku ingin mencari orang yang telah tega menghancurkan hidupku. Begitu tega ia melakukanya, padahal aku tidak pernah memiliki keinginan untuk menghancurkan hidup orang lain. Bahkan aku memiliki impian- impian besar dalam hidupku. Aku ingin senantiasa bisa membantu orang lain, bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Sehingga ketika aku mati nanti, umat manusia akan mengenangku. Namun semua itu hanya tinggal cerita masa laluku yang kini telah menjadi impian tak terwujud. Itu semua karena kertas- kertas lusuh yang tak ternilai ini.Dan Tuhan menakdirkan aku menjadi seperti saat ini.