Keluarga muslim Ideal
Setiap muslim- muslimah yang lajang maupun telah berumah
tangga tentu mendambakan memiliki dan membina keluarga ideal secara islami.
Kenapa disini saya menyebut keluarga ideal, karena untuk mewujudkannya tidaklah
mudah. Terkadang antara idealita yang kita cita-citakan dan realita yang ada
tidak sesuai. Meski demikian tidak lantas kita pesimis kemudian tidak berusaha
dan membiarkan begitu saja. Selayaknya kita berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk mewujudkan rumah tangga islami sehingga menjadi keluarga ideal secara
islam.
Keluarga ideal didefinisikan sebagai keluarga yang diliputi
oleh sakinah (ketenteraman), mawaddah (rasa cinta) dan rohmah (kasih sayang).
Di dalam keluarga terdapat interaksi yang harmonis antara satu dengan yang
lainnya. Masing-masing anggota keluarga memerankan peran yang sesuai. Ayah
sebagai kepala keluarga bertanggung jawab penuh atas keluarga beserta anggota
yang dipimpinnya, ibu sebagai kepala urusan rumah tangga bertangung jawab atas
urusan di dalam rumahnya, anak-anak berbakti kepada orang tua dan semuanya
beriman serta bertaqwa kepada Allah.
Mewujudkan keluarga ideal secara islami dimulai dari memilih
pasangan hidup. Hadith Rasulullah yang menjelaskan kriteria memilih pasangan
hidup adalah sebagai berikut, “Perempuan dinikahi karena empat faktor, yaitu
karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah
wanita karena agamanya, engkau akan beruntung.” (HR. Bukhori, Muslim,
An-Nasa’i, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad Ibn Hambal, dan Ad-darimi dalam kitabnya
dari sahabat Abu Hurairah). Hadith ini menjelaskan kepada kita bahwa memilih
pasangan hidup yang utama adalah karena agamanya.
Ketika kita telah memiliki pasangan hidup maka selanjutnya
kita tentukan visi dan misi keluarga. Jika dahulunya seorang lajang memiliki
visi dan misi dalam hidupnya, setelah berumah tangga maka selayaknya visi misi
tersebut dikomunikasikan dengan pasangan. Masing-masing tentu akan saling
melengkapi dan menyempunakan, sehingga visi misi tersebut bukan lagi menjadi
milik individu namun menjadi tugas bersama dalam mewujudkannya. Mungkin ada
yang merasa bingung seperti apa visi misi keluarga itu, sedikit saya contohkan
berikut. Jika saya sebelum menikah memiliki visi menjadi muslimah yang
shalihah, cerdas dan mandiri secara materi, misi saya diantaranya adalah kuliah
sampai magister, memiliki usaha mandiri, aktif dalam kegiatan sosial, serta
rajin mengikuti kajian ilmu. Setelah menikah maka visi saya menjadi istri dan
ibu yang shalihah bagi keluarga. Misi yang saya buat antara lain adalah
memperbanyak ilmu tentang keluarga, belajar memasak, belajar menjahit, aktif
dalam kegiatan kajian di masyarakat sekitar.
Visi dan misi yang telah disepakati bersama selanjutnya
direalisasikan dalam kehidupan nyata. Jangan membayangkan dalam
merealisasikannya selalu mulus dan lancar. Ada banyak kendala dan halangan baik
yang datang dari faktor internal seperti malas, lelah, maupun faktor eksternal
seperti dukungan dari suami, fasilitas yang memadai, serta ekonomi keluarga
yang pas-pasan.
Rumah tangga yang baru dibina sangatlah rentan dengan
permasalahan yang terkadang jika dinilai bukanlah sebuah masalah, hanya
penyikapannya yang kurang tepat. Misalnya saja kebiasaan dan pola makan.
Seorang laki-laki yang dulunya hidup bersama orang tua terbiasa dengan sayur
lodeh, kerupuk selalu tersedia dimeja makan, tiba-tiba istrinya menyiapkan makan
dengan sayur bening dan sambal. Dalam hati laki-laki itu dongkol shingga
makannya tidak lahap. Istri yang mendapati suaminya tidak lahap kemudian kecewa
dan bersedih. Nah permasalahan sepele namun menyebabkan kurangnya harmonis
dalam sebuah ruah tangga. Jika antara suami istri dalam berumah tangga tidak
saling toleransi dan terjalin komunikasi yang hangat, masalah sepele dapat
menjadi besar karena tidak tepat dalam menyikapi.
Kehadiran buah hati yang dinantikan dapat semakin
mengharmoniskan hubungan antara suami istri. Kematangan emosinya pun semakin
baik karena telah menjadi seorang ayah ibu bagi putra-putrinya. Pendidikan bagi
anak dan teladan pada setiap aktifitas menjadikan prioritas utama ketika
putra-putrinya dalam masa perkembangan. Disinilh ditanamkan aqidah yang benar
dan keimanan agar kelak putra-putri kita menjadi generasi rabbani yang beriman
dan bertaqwa. Ketika dewasa ia telah siap mandiri dengan bekal yang telah kita
berikan, tanpa mengabaikan usahanya sendiri dalam mengembangkan diri.
Rumah tangga yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan, maka akan
menjadikan keluarga dan anggotanya senatiasa diliputi sakinah, mawaddah dan
rohmah. Bagaimanapun mewujudkan keluarga muslim yang ideal tidaklah mudah,
namun tetap harus berusaha dengan sungguh-sungguh sebelum membina keluarga,
saat berkeluarga sampai waktu Allah telah memanggil kita menghadap-Nya. Semoga
kita senantiasa diberikan kemampuan untuk istiqomah. Amin...